Exclusive Photo & Short Story -Celebrate 1th anniversary special edition-

Sebelumnya gw mau ngucapin… HAPPY BIRTHDAY for my Blog…. Rulez no Sekai dah nemenin gw selama 1 tahun penuh sekarang, dan semoga bakal terus nemenin gw ampe mampus… hehe…

Sebenernya anniversarynya udah bulan Juli kemaren, tapi gw baru sadar sekarang-sekarang, hoho. We must keep goin on…

Di postingan kali ini mungkin agak sedikit berbeda, karena gw bakal ngasih poto2 eksklusif gw (emang ada yang doyan??), dan secarik cerpen gw yang berjudul “Being as one”. Gw sih nyaranin buat baca cerpennya di waktu luang karena mungkin sedikit menguras cakra kalian.. hehe.

So, silakan comment poto2nya dan cerpennya… Here we go…

HAPPY BIRTHDAY MY BLOG!! 😀

========================================

photo of this anniversarry

Penyebar virus cupu di Blog Meet Up! Helarfest 070808

Penyebar dan yang terinfeksi

Ali, madep sini dunks kalo dipoto…

Mas Deniar lagi presentasi

Menjenguk Yudi, moga lekas sembuh dari DBD

Wong katrok kali ini adalah : Erpan

Ali juga ikutan…

Vicky lagi stress

Setan Lab Multimedia… *the shutter wannabe*

GW PENGEN YANG BEGINIAN!!! Emaaak, beliin gw doonks…

Bocah yang terinfeksi virus cupu

Gak kok, kita gak homo! *Ryan maafkan aku…*

Bukti gw gak homo, btw, who is she ??

================================================

Being as one

-Roman Picisan antara Arie, Ayu, Aku, Dia dan Jogja-

Sudah beberapa hari ini sikap Ayu berubah. Sudah sering kali kutanya lewat telepon atau sms. Kutanya apakah dia sedang ada masalah disana, ataukah mungkin dia jenuh dengan hubungan jarak jauh ini? Tapi dia selalu malas memberi jawaban jelas. Dia hanya bilang, “moodku lagi gak enak akhir-akhir ini, perasaan aku galau gak tau kenapa”. Ok fine, aku tahu pasti itu artinya dia sedang tidak bisa diganggu. Namun sore itu, giliran hatiku yang berdebar-debar saat menerima sms darinya, layaknya orang-orang Fraternity di film Wanted, hanya dengan sebuah pesan singkat ini benar-benar memicu adrenalin tinggi sehingga responsnya menjadi 10 kali lipat lebih cepat dari manusia normal. Ini bukan film, ini kenyataan, kenyataan yang harus dihadapi olehku, bukan orang lain.

“Ternyata perasaan gak enak aku akhir2 ini emang karena ada sesuatu yang aneh sama kamu. Mau jadi imam tapi gak konsisten sama ucapan sendiri! Pikir sendiri apa yang udah kamu lakuin. jahat kamu!gak usah anggap aku siapa2 lagi.”

Kalimat terakhirnya membuat hatiku seperti ditusuk sembilu, meskipun belum pernah ditusuk benar2 oleh sembilu, tapi sudah popular bahwa rasanya ditusuk sembilu itu sakit sekali. KENAPA DIA BISA BERPIKIR SEPERTI ITU?? Arrrrrggggghhhh….ada saja masalah baru muncul disaat hari-hariku sedang hectic begini. Tugas,deadline,kerja praktek, ujian yang sudah membuat stress beberapa minggu terakhir ini seakan lenyap, tergantikan dengan masalah yang rasanya seperti ingin mengiris nadi. Huff, jadi ingat teori konyol temanku dulu, untuk menghilangkan rasa sakit akibat luka jatuh di lutut, bisa dengan membakar tangan. Karena rasa sakit akibat jatuh tidak seberapa dibanding dengan sakit akibat luka bakar. Teori konyol sial itu menimpaku sekarang. Aku berjalan lunglai, sambil berpikir kata-kata apa yang pas untuk membalas smsnya. Ingin rasanya langsung marah-marah karena aku tak diterima dituduh demikian, dan sudah pasti hanya akan memperburuk keadaan. Saat terbayang hari-hari yang akan hampa tanpanya, yang terpikir untuk kulakukan sekarang adalah membunuh ego dan semua emosi negatifku. “I must fight for my love and give my best for her”. Tapi haruskah seperti itu ?

“We have not married yet, so I can’t treat you like I treat for my husband tomorrow”, itu satu kalimatnya yang membuatku berpikir ulang untuk memberikan cintaku yang tanpa batas kepadanya. Tapi… Hati ini seakan-akan menolak apa yang otak ku perintahakan. Aku pernah mendengar istilah “Cinta itu buta”, tapi aku tak menyangka sedikit pun kalau ternyata istilah ini merasukiku dengan sempurna. Membuatku ingin melakukan apa saja dan mengorbankan apapun demi dirinya yang kucinta. Aku berpikir, apakah aku harus menikah dulu untuk memberikan seluruh cintaku padanya ? Yang dibenakku hanya ada dia seorang, tak peduli dengan aturan yang berlaku, i must keep going on.

Namun kali ini, entah kenapa dia merasa bahwa aku adalah orang yang paling brengsek di dunia ini, melebihi nista, hina, bahkan durjana. Entah apa yang dia pikirkan saat itu, dimatanya aku ini makhluk paling jelek, hitam yang pernah ada. Sakit memang ketika tahu akan hal itu, tapi aku tak bisa menjadi hakim untuk menyalahkan tuduhan ini. Penjelasan-penjelasanku seakan angin lalu buatnya, malah masalahnya semakin menjadi-jadi. aku tak tahu penyebab hal-hal itu keluar dari mulut mungil nan indahnya.

“Rie, cewek itu banyak… Ngapain juga sampe elo segitunya sih sama cewek lo ?! Kalo gw ya, dia ngambek ato selingkuh gak masalah! Gw tinggal nyari aja lagi. Cewek itu banyak Rie! Gak cuman satu!”, temanku pernah berkata seperti itu padaku. Aku bingung, kenapa ada orang yang menganggap cinta seperti itu ? Apakah dia pernah merasakan trauma ? Seperti layaknya musuh-musuh batman yang terkena trauma berlebihan sehingga menjadikan mereka jahat. Aku makin bingung dengan apa yang harus kulakukan.

“Apa sih yang kamu inginkan, Rie ? Kenapa kamu tega sama aku ?! Kamu marah kalo aku dekat sama co, tapi kamu sendiri apa!kamu gak konsisten sama ucapan kamu!”

“Sayang, kamu kenapa sih ? Aku cuman mau sama kamu kok. Kenapa kamu jadi ragu begini ?”

“Gak usah panggil sayang lagi Rie, aku muak!”

“Sa.. Ayu… Apa sih salah aku ?”

“Emangnya aku gak tau ? Kamu selingkuh kan disana ?!!SELINGKUH KAN!!Kamu naksir sama lulu?knp ada foto kalian dekat2 gitu di accountnya lulu??kamu bilang gak,tapi non sense!”

Sejenak aku berpikir dengan mengaitkan berbagai gambar yang terekam dalam otakku dan mencoba menelusuri sumber-sumber yang berkemungkinan untuk membuat Ayu salah paham padaku. Akan tetapi, setelah kucoba mencarinya yang kudapat hanya hasil nihil semata. Aku bingung, apa sebenarnya yang membuatnya berpikiran demikian ? Foto apa sih!! Jakarta dan Jogja memang jarak yang cukup jauh memang, sehingga membuat kita harus lebih saling mengerti dan bersabar dengan keadaan. Long distance memang tidak mengenakkan, tidak ada malam minggu didalamnya, tidak ada makan malam bersama didalamnya, yang ada hanya membayangkan apa saja yang dilakukan oleh pasangan kita dengan menelpon atau SMS-an.

“Ayu, asal kamu tahu, cuma kamu yang aku sayang… Aku ingin hubungan yang telah kita bina selama lima tahun ini tidak berakhir sampai disini…”

“… Kita PUTUS!”

Oh my God! Apa yang harus aku lakukan untuk meyakinkannya ??

“Ayu, aku besok lusa ke jogja… Aku ingin menjelaskan semuanya sama kamu, kamu udah salah sangka ayu…Itu foto waktu ngerjain proyek bareng mungkin, seingatku aku gak pernah foto dekat2 ce manapun”

“Bohong, aku gak mau percaya sama kamu lagi!”

Kepalaku serasa berputar-putar, seharusnya jika ada cinta, penjelasanku sudah cukup untuk meredakan permasalahan ini. Toh, nyatanya aku tidak selingkuh. Heran aku dengannya.

“Ayu, kamu beneran nggak percaya sama aku lagi ?”

“Aku bukannya nggak mau percaya, tapi aku takut dikhianati lagi. Aku paling susah buat percaya sama orang. Kamu tahu kan Rie ?”

“Iya aku tahu Yu…”

Just I said before, sepertinya Ayu pun mengalami trauma akan masa lalu nya. Dan aku tahu dengan pasti apa yang menyebabkannya seperti itu.

“Makanya kamu salah paham Yu, Lulu itu bukan siapa-siapa ku! Dia cuman temen pas proyek itu aja. Gak lebih dari itu ! Selesai proyek ya udah, gak ada apa-apa lagi. Kita pun jarang berhubungan!”

“…”

“Bener Yu, aku gak bohong…”

“Udah ah, perutku jadi sakit gara-gara kamu !….”

“Yu… Yu… Ayu… Hallo….Akh mati…”

Dia menutup telepon dengan hati jengkel. Aku kembali bingung, kenapa dia tidak mau menerima sedikitpun penjelasanku ? Bukankah ketika ada cowok lain yang suka dengannya sampai sering nge-SMS dia, aku hanya marah sebentar dan mencoba untuk menjernihkan keadaan dengan menyuruhnya bilang ke cowok itu agar tidak mendekati dirinya lagi. Bahkan diapun pernh menggunakan kamuflase dengan memajang fotonya dengan cowok lain agar dirinya tidak lagi didekati cowok yang mengejar-ngejarnya ataupun mantannya yang saiko. Apakah dia tidak tahu betapa sakitnya hatiku saat itu ? Kenapa tidak fotoku yang dipajang bersamanya ? Malah fotonya dengan cowok lain ? Alasan, seperti mantannya yang membenciku dan dapat bertindak kasar padaku sehingga dia tidak mau melibatkanku untuk menyelesaikannya pun aku coba untuk memasukkannya secara paksa ke otakku meskipun itu sedikit banyak tidak bisa kuterima. Seharusnya dia percaya aku bisa membantunya. Tapi akupun berusaha untuk mencoba memahami dan menerima alasan itu dengan baik. Dan akupun menekan egoku untuk yang kesekian kalinya, Aku berusaha untuk tidak mengungkitnya lagi. Yang lalu telah berlalu, dan yang penting sekarang Aku tahu hatinya hanya untukku. Ya, itu sudah lebih dari cukup untukku. Kenapa dia sekarang tidak bisa menerima penjelasanku ?

Malam ini tidurku tidak akan nyenyak atau bahkan aku tidak bisa tidur malam ini.

Rupanya mitos bahwa jika cewek marah, diamkanlah hingga dia tenang kembali, lalu ajak bicara baik-baik itu terbukti. Keesokkan paginya, dia pun mau kuajak bicara. Tidak bicara secara langsung sebenarnya, melainkan lewat SMS. Tapi itu tidak menjadi masalah yang berarti bagiku, kitapun “berbicara” panjang lebar. Nada “bicara”-nya masih kesal terbaca dari isi SMS yang dia kirimkan padaku, akupun bertekad bahwa malam ini akan berangkat ke Jogja.

Betul adanya kalau Tuhan lah yang maha mengatur segala yang terjadi di muka bumi ini. Akupun terkaget-kaget dibuat-Nya hari ini. Barusan akupun ditelpon oleh ibuku, beliau ingin datang ke Kos ku besok. Ibuku, lebih tepatnya seluruh keluargaku akan datang besok mencari kontrakan untuk adikku yang akan masuk kuliah tahun pertama di UI. Mereka ingin agar aku besok bisa membantu mencarikan kontrakan yang sesuai untuk adikku, karena aku sudah 4 tahun ini tinggal di Jakarta. Dan, kali ini kepalaku seperti terkena benturan palu besar yang membuyarkan seluruh isi kepalaku. Ini artinya rencanaku malam ini ke Jogja akan batal total. Apa yang harus kulakukan ?

Akupun mencoba berpikir secara logis. Karena aku belum menikah dengannya berarti aku masih terikat dengan orang tua ku, ini berarti aku harus memilih orang tuaku dan aku harus membatalkan untuk ke Jogja. Sayangnya kelogisan selalu dikalahkan oleh cinta. Mataku benar-benar sudah buta, otakku tertutup, hanya hati ini yang bergetar. “Aku harus ke Jogja”, hati kecilku berteriak meronta-ronta keras. Aku menelpon ibuku.

“Bu, maaf. Aku gak bisa nemenin besok..”

“Kenapa memang ?”

“Aku mau ke Jogja…”

“APAAA!!! GAK BOLEH!!!”

“Ibu… Tolong bu, aku mesti menyelesaikan urusanku sama Ayu…”

“Kenapa gak lewat Telpon aja ?!!”

“Nggak bisa Bu, Aku harus kesana! Boleh ya Bu…. Pliis”

“Hhhhh… Ya udahlah, ini untuk yang terakhir kalinya ya..”

“Iya bu.. Makasih”

“Ibu gak mau anak laki-laki Ibu satu-satunya dipermainkan… Kamu tuh masih hak Ibu… Arie, kamu ngerti kan ?”

“Iya bu, aku ngerti banget kok… Aku juga sayang sama Ibu, tapi masalah sama Ayu mesti selesai secepatnya, makanya aku berniat ke jogja malam ini.”

“Ya udah, Ibu cuma bisa mendoakan saja dari sini. Hati-hati ya Rie…”

“Bu, makasih banget yaah…”

Apa yang telah kukatakan ?! Baru saja aku lebih mementingkan Ayu daripada Ibuku sendiri. Kepalaku kembali pusing, Tuhan maafkan aku. Jujur, aku takut sekali dilaknat oleh Tuhan karena aku telah durhaka pada Ibuku. Tapi karena Ibuku sudah mengijinkanku, semoga tidak terjadi apa-apa padaku.

Sore ini aku mengorbankan kehadiranku di program pemaganganku di Indosat. Entah apa yang akan Bapak pembimbing lapanganku perbuat jika tahu bahwa salah satu anak magangnya menghilang entah kemana. Aku memacu sepeda motorku dengan kencang agar aku tidak kehabisan tiket ke Jogja malam ini. Apa mau dikata, cobaan tidak akan pernah berhenti untuk melihat setangguh apa hamba-Nya. Di pertengahan jalan menuju Stasiun Jakarta, hujanpun mengguyurku dengan indahnya, semakin lama hujan semakin kencang mengguyurku. Secepat kilat aku bereaksi dengan menggunakan jas hujan (ponco), tapi sepertinya ada yang salah dengan jas hujan ini. Badanku tetap basah, jaketku basah, celanaku pun ikut basah. “Kenapa ini ?”,pikirku. Peduli bagong! Akupun tetap memacu sepeda motor ku dengan kecepatan maksimal. Tak peduli lagi mukaku kena kotornya air hujan, mataku terkena derasnya tetes air hujan yang seperti jarum, wajahku tertusuk-tusuk, badanku menggigil kedinginan. Seiring dengan derum mesin sepeda motor, aku tersadar betapa bodohnya aku, rela hujan-hujanan demi sesosok manusia mungil yang bagiku dia itu bidadari dari khayangan. Rasanya seperti ditertawakan oleh hujan ini, dan akupun tak tahan membendung air mata yang keluar dari mataku. Hatiku seakan ingin berteriak keras sekali. Dadaku seakan ingin meledak. Pandanganku kabur.

Sampai di Stasiun aku kembali dikagetkan dengan skenario Tuhan yang Maha Dahsyat. Tiket ke Jogja untuk malam ini habis total. Tulangku seakan-akan remuk, luluh lantah, pengorbananku sia-sia saja. Tubuhku goyah, tak tahan aku menahan beban ini. Bodohnya aku. Didetik aku akan hancur, cinta pun muncul menguatkan hatiku. Walaupun tubuhku kedinginan menggigil, aku tetap berkonsentrasi untuk ke Jogja. Tubuhku bergerak sendiri, lebih tepatnya tergerak oleh hatiku. Akhirnya aku mendapatkan tiket ke Jogja untuk keesokan harinya. Akupun pulang terseok-seok, dengan tubuh kotor dan menggigil kedinginan. Sempat terpikir olehku walau sekejap, “Mending aku mati saja…”

Kereta dari Jakarta ke Jogja paling cepat akan sampai tujuan dalam waktu 10 jam. Dan sekarang aku sudah berada di Jogja. Aura kota ini sangat khas, sulit digambarkan dengan kata-kata. Aku harus memperlihatkan muka terbaikku pada Ayu, dia datang menjemputku di Stasiun Tugu. Selang beberapa menit aku sudah dapat melihat sosok bidadari mungilku sedang tergopoh-gopoh membawa tas besar entah apa isinya, aku tidak bisa diam saja melihat ini. Kudorong tubuhku untuk mengejarnya dan menangkapnya. Kupegang tangannya, kutatap matanya dalam-dalam. Kulihat kejujuran dan kejernihan hati dalam matanya. Tubuhnya terlalu kecil untuk menanggung beban berat yang terasa dari hembusan napasnya. Kubantu membawa tasnya, seraya berkata “Senyum donk… Aku kan udah di jogja…”. Aku tak tahan melihat bidadariku melipat wajahnya, aku disini untuk menghiburnya, memberikan segalanya agar dia bahagia.

Malam ini aku mengajaknya menonton film di Bioskop, kami ingin menonton film “The Transformers 2”. Bukan film yang romantis memang, tapi bagi kami yang terpenting adalah kami bisa mendekat satu sama lain. Sebelum masuk ke Teater 4 tempat kami menonton, Aku mengajaknya makan di restoran Solaria, di sana kita membicarakan masalah kita, curahan hati kita. Aku ungkapakan segala rasa yang ada di benakku kepadanya, dan diapun tersenyum padaku.

“Nggak apa-apa kok Rie, yang penting kan di hati kamu cuman ada aku, aku bersyukur menemukan pria yang rela berjuang keras demi aku…Makasih yah,Cuma sama kamu aku bisa ngerasa begini bahagia”

Kalian tahu, mendengar kalimat itu membuatku serasa terbang ke langit yang kedelapan, meskipun pada dasarnya langit hanya ada tujuh lapis. Aku senang sekali, bangga, terharu, campur aduk. Tapi ada pikiran yang mengganjal pada diriku, “Apakah dia juga rela berjuang keras demi aku ?”. Pikiran ini cepat-cepat aku hilangkan, aku tidak mau merusak moment yang berharga ini.

“I love you, Ayu”

“I love you, too. Arie…”

created by gw, edited by Ai